Rabu, 30 April 2014

KAJIAN RUTIN AL-HIKAM


KAJIAN RUTIN AL-HIKAM / TASAWUF
RSIA MUSLIMAT JOMBANG

Penundaan Terkabulnya Doa
لاَ يَكُنْ تَأَخَّرَ اَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْحَاحِ فِى الدُّعاَءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْإِجَابَةَ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِى اْلوَقْتِ الَّذِى يُرِيْدُ لَا فِى اْلوَقْتِ الَّذِى تُرِيْدُ .
Hikmah :
“Belum terkabulnya doa si hamba, setelah berusaha berulang-ulang berdoa penuh harapan, jangan sampai berputus asa, karena belum terkabulnya doa kita. Sebab Allah SWT. telah memberi jaminan diterimanya doa setiap hamba Allah, menurut pilihan dan ketentuan  Allah sendiri, bukan atas pilihan dan kemauan si hamba, atau menurut waktu yang dikehendaki hamba, akan tetapi Allah Ta’alatelah menetapkan kapan dan disaat apa doa seorang hamba diterima olehnya.”
Penjelasan:
Syarat diterimanya suatu doa, apabila dilaksanakan dengan penuh harapan dan tidak berputus asa. Karena jelas tidak semua permohonan yang disampaikan kepada Allah Ta’ala itu langsung dikabulkan. Tidak cepatnya suatu doa itu dikabulkan Allah Ta’ala, bukan berarti Allah menolak doa hamba-Nya. Karena Allah SWT. telah memberi jaminan bahwasanya setiap doa akan diterima. Allah SWT. mengingatkan, “Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan doamu.”
Firman Allah SWT. dalam Surat Al-Baqarah Ayat 186.
“Apabila hamba-hambaKu menanyakan tentang Aku, sesungguhnya Aku ini dekat. Aku akan menjawab pertanyaan orang yang memohon kepadaKu apabila ia berdoa.”
Dari sahabat Jabir ra. bahwasanya Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Tiada seorang hamba yang meminta dengan suatu permohonan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta, jika ia menahan diri dari suatu perbuatan maksiat, Allah Ta’ala akan menyelamatkan dirinya dari bahaya, atau diampuni dosa-dosanya. Selama si hamba tidak berdoa kepada perbuatan (amal) yang mendekatkan diri kepada dosa, atau berdoa agar terputus dari persaudaraan dengan karib kerabatnya.”
Syarat diterimanya doa:
1.      Berdoa dengan sepenuh hati dan bersifat tulus.
2.      Bersih dari dosa-dosa yang menghambat lancarnya doa.
3.      Memulai doa dengan hamdalah (mengucapkan sifat-sifat Allah dalam asma’ul husna), dan ditutup dengan mengucapkan kalimat “Subhana Robbika Robbil Izzati amma yasifun wa salamun alal mursalin wal hamdu lillahi Robbil ‘Alamin.
4.      Penuh harapan agar doanya dikabulkan oleh Allah SWT.
5.      Tidak tergesa-gesa mengucapkan kalimat doa.
6.      Menanti dengan sabar, sehingga Allah mengabulkan doanya.


Disampaikan Oleh: H. Abd. Kholiq Hasan
Pengasuh PP. Al-Amanah

KAJIAN RUTIN KITAB NASHAIHUL ‘IBAD


KAJIAN RUTIN KITAB NASHAIHUL ‘IBAD
MASJID KALANGAN JOMBANG

Agar disenangi Allah, Malaikat dan Orang-orang Muslim
  مَنْ تَرَكَ الدُّنْيَا اَحَبَّهُ اللهُ وَمَنْ تَرَكَ الذُّنُوْبَ اَحَبَّهُ الْمَلاَئكَةُ وَمَنْ حَسَمَ الطَّمَعَ عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ اَحَبَّهُ الْمُسْلِمُوْنَ.
Barangsiapa meninggalkan dunia, maka disenangi Allah, siapa meninggalkan dosa, niscaya disengangi malaikat dan barangsiapa yang mencegah tamak terhadap orang-orang muslim, maka dia dicintai kaum muslimin.”
Meninggalkan dunia artinya mengurangi makan dan tidak senang pujian dari manusia. Orang meninggalkan dunia disenangi Allah, karena tidak riya dan tidak congkak.
Orang yang meninggalkan dosa disenangi malaikat, karena tidak menambah kesibukan malaikat yang bertugas mencatat kejelekan
Sedangkan orang yang tidak tamak, disenangi kaum muslimin, karena tidak mengotori hati mereka.

Disampaikan Oleh: H. Abd. Kholiq Hasan
Pengasuh PP. Al-Amanah

Semoga Kita di Anugerahi Kesabaran


Semoga Kita di Anugerahi Kesabaran
Kajian Rutin ASWAJA Sabtu PON Muslimat Jombang

Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلَوَنّكُمْ بِشَئٍ مِنْ الخَوْفِ وَالجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنْ الاَمْوَالِ وَالاَنْفُسِ وَالثَمَرَاتَ وَبَشِرِ الصَابِرِيْنَ. الذِيْنَ اِذَا اَصَابَتْهُمْ مُصِيْبَةٌ قَالُوْا اِنَّا لله وَاِنَّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُوْلَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةً وَاُوْلَئِكَ هُمْ الْمُهْتَدُوْنَ. [البقرة : 155ـ156]
Sungguh kami akan menguji kamu dari ketaktan dan kelaparandan kekurangan harta dan kematian dan buah-buahan dan sampaikan kabar gembira pada mereka yang sabar. Ialah mereka yang bila ditimpa musibah langsung berkata: “Inna Lillahi wainna ilaihi rajiun”. Sesungguhnya kami adalah hamba milik Allah, dan kepadaNya akan kembali.
Mereka yang sabar-sabar itu mendapat shalawat taufiq dan ampunan dari Tuhan dan rahmat, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayat.

Said bin Jubair dari Abbas r.a. Nabi s.a.w. bersabda:
اَوَّلَ مَنْ يَدْعى اِلَى اْلجَنَّةِ اْلحَمّادُوْنَ لِلهِ الَّذِيْنَ يَحْمَدُوْنَ فِى السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ.
(Pertama-tama orang yang akan dipanggil untuk masuk sorga ialah yang selalu memuji memuji Allah Alhamdulillah atas kesenangan dan kesukaran/kesusahan) . Maka seharusnya seorang hamba sabar atas apa yang menimpa pada dirinya dari kesukaran, dan mengetahui orang yang dihindarkan oleh Allah daripadanya dari bala’ itu lebih banyak, dan mengucapkan Alhamdulillah atas itu, juga seorang mu’min harus bertauladan kepada Nabi s.a.w. dan memperhatikan bagaimana kesabaran Rasulullah s.a.w. menghadapi gangguan kaum musyrikin.

Abdullah bin Alharits meriwayatkan  dari Ibn Abbas r.a berkata:
شَكَا نَبِىٌّ مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ اِلَى رَبِّهِ فقال : يَارَبِّ أَلْعَبْدُ اْلمُؤْمِنُ مِنْ يُطِيْعُكَ وَيَجْتَنِبُ مَعَاصِيْكَ تَزْوِى عَنهُ الدُّنْيَا وَتَعْرِضُ لَهُ البَلاَءَ وَيَكُونُ العَبْدُ اْلكَافِرُ لَا يُطِيْعُكَ وَيَجْتَرِئُ عَلَى مَعَاصِيْكَ تَزْوِى عَنْهُ البَلَاءَ وَتَبْسُطُ لَهُ الدُّنْيَا. فَأَوْحَى اللهُ اِلَيهِ: اِنَّ العِبَادَلِى وَالَبلَاءَ         
لِى وَكُلٌّ يُسَبَّحْ بِحَمْدِى فيكون المُؤْمِنُ عَلَيْهِ مِنَ الذُّنُوبِ فَأَزْوِى عَنْهُ النُّيَا وَاَعْرِضُ لَهُ البَلاَءَ فَيكون كفَّارَةً لِذُنُوبِهِ حَتَّى يَلْقَانِى فَأَجْزِيهِ بِحَسَنَاتِهِ ويكون الكَافِرُ لَهُ السَّيِّئَاتِ فَأَبْسِطُ لَهُ فِى الرِّزْقِ فَأَزْوِى عَنهُ البَلَاءَ حتَّى يَلقَانِى فَأَجْزِيْهِ بِسيِّئَاتِهِ.
Seorang Nabi a.s. mengeluh kepada Tuhan: Ya Tuhan mengapa seorang hamba yang me’min taat kepada perintah-perintahMu dan menjauhi larangan-laranganMu, Engkau hindarkan daripadanya dunia, dan engkau hidangkan untuk ujian bala’. Sedang hamba yang kafir taat bahkan melanggar larangan-laranganMu, Engkau jauhkan daripadanya bala’ dan Engkau lapangkan baginya dunia? Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya: Sesunggunya semua hambaKu, dan bala’ UjianKu, dan masing-masing mengagungkan Aku bertasbih tahmid kepadaKu, maka seorang mu’min berbuat dosa dan Aku hindarkan daripadanya dunia, dan Aku turunkan kepadanya bala’ untuk menjadi penebus dari dosa-dosanya sehingga ia menghadap kepadaKu dan Aku membalas hasanat-hasanatnya, sedang orang kafir berbuat dosa, maka Aku lapangkan baginya dunia (rizqinya) dan Aku jauhkannya dari bala’, sehingga menghadap kepadaKu, maka Aku balas semua dosa-dosanya.

Ibnu Mas’ud r.a dawuh: Rosululloh SAW bersabda:
ثَلَا ثُ مَنْ رُزِقَهُنَّ فَقَدْ رُزِقَ خَيْرَى الدُنْيَا وَالْاَخِرَةِ : الرِّضَا بِا لْقَضَاءِ وَالصَّبْرُ عَلَى الْبَلَاءِ الدُّعَاءُ عِنْدَ الرَّخَاءِ.
Tiga macam siapa yang mendapatkannya maka ia telah mencapai kebahagiaan dunia akhirat: Ridha pad Qodlo’ dan Taqdir, sabar pada bala’ ujian, dan berdo’a diwktu senang
Aisyah r.a dawuh: Rosululloh SAW bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مُصِيْبَةٌ حَتَّى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا اِلَّا خَطَّ اللهُ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً.
Tiada menimpa kepada seorang mu’min suatu musibah, dari duri atau yang lebih dari itu melainkan Allah menggugurkan dengan itu satu dosa.

Rosululloh SAW bersabda:
مَنْ اُصِيْبَ بِمُصِيْبَةٍ فَقَالَ كَمَا اَمَرَا اللهُ تَعَالَ: اِنَّا لِلهِ وَاِنَّا اِلَيْه ِرَاجِعُوْنَ اَللَّهُمَّ أُجُرْنِىْ فِى مُصِيْبَتِى وَاَعْقِبْنِى خَيْرًا مِنْهَا . فَعَلَ اللهُ ذَلِكَ بِهِ.
Siapayang ditimpa musibah lalu membaca apa yang diajarkan Allah: Inna lillahi wainna ilaihi roji’un, kami hamba dan milik Allah dan kami akan kembali kepada Allah. Ya Allah berikan pahala bagiku dalam musibah ini, dan berilah ganti yang lebih baik bagiku, maka Allah akan memberikan kepadanya itu.

Ponpes Al-Amanah Bahrul Ulum
08 Februari 2014

Menuruti Nafsu Syahwat dan Kesombongan



1.      Menuruti Nafsu Syahwat dan Kesombongan
Dari Sufyan Ats-Tsauri r.a.:
كُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ شَهْوَةٍ فَاِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهاَ . كُلَّ مَعْصِيَةٍ عَنْ كِبْرٍ فَاِنَّهُ لَايُرْجَى غُفْرَانُهَا , لِاَنَّ مَعْصِيَةَ اِبْلِيسَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الْكِبْرِ وَزَلَّةَ سَيِّدِنَا ادَمَ كَانَ اَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ .
"  Setiap maksiat yang timbul dari syahwat dapatlah diharapkan ampunannya, tapi setiap durhaka yang timbul dari sikap sombong tidak dapat diharap ampunannya, karena kedurhakaan iblis itu berpangkal dari kesombongan, sedangkan kesalahan Adam a.s. berpangkal dari syahwat.
2.      Berdosa Sambil Tertawa dan Berbuat Taat Sambil Menangis
Sebagian dari ahli zuhud berkata:
مَنْ اَذْنَبَ وَهُوَ يَضْحَكُ فَاِنَّ اللهَ تَعَالَى يُدْخِلُهُ النَّارَ وَهُوَ يَبْكِىْ وَمَنْ اَطَاعَ وَهُوَ يَبْكِىْ فَاِنَّ اللهَ تَعَالى يُدْخِلُهُ الجَنَّةَ وَهُوَ يَضْحَكُ.
“ Barangsiapa berbuat dosa sambil tertawa, maka Allah akan melempar dia ke neraka dalam keadaan menangis. Dan barangsiapa dengan menangis berbuat taat, maka Allah akan memasukkan ke surga dalam keadaan tertawa.”

3.      Jangan Meremehkan Dosa Kecil
Hukama menyatakan:
لاَ تَحْقِرُوا الذّنُوْبَ الصِّغَارَ فَاِنَّهاَ تَتَشَعَّبَ مِنْهَا الذُّنُوْبُ الْكِباَرُ .
“Janganlah meremehkan dosa-dosa kecil, karena dari situlah bersemi dosa-dosa besar.”