Senin, 04 Oktober 2010

paper

PAPER
SEJARAH DIDIRIKANNYA MASJID AGUNG DEMAK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mengikuti
Ujian Akhir Nasional (UAN)
Tahun 2010/2011







Oleh
Faizatussa’adah
NIS. 20390

Pembimbing
Hj. Maslahatul Ammah, SQ.M.Pdi

PROGRAM AGAMA

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
MADRASAH ALIYAH NEGERI ( MAN )
TAMBAKBERAS JOMBANG
2010

1 Oktober 2010

Hal : Pengajuan Pengesahan Paper Yth. Bapak Kepala
Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Tambakberas
di-
Jombang


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami mengadakan pemeriksaan, penelitian dan perubahan-perubahan seperlunya paper siswa :
nama : Faizatussa’adah
no. induk : 20390
kelas : XII
judul : Sejarah Didirkannya Masjid Agung Demak

dengan ini kami ajukan paper tersebut untuk disahkan sebagai persyaratan mengikuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010/2011

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Pembimbing


Hj. Maslahatul Ammah, SQ.M.Pdi
NIP. 150 321 351



SURAT PENGESAHAN
Nomor : Ma.13.23/TL.00/ /2010

Berdasarkan Nota dari Pembimbing paper yang berjudul
Sejarah Didirkannya Masjid Agung Demak
Karya :
nama : Faizatussa’adah
no. Induk : 20390
kelas : XII
program : Agama

Kepala MAN Tambakberas Jombang mengesahkan paper tersebut dan dapat digunakan sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2010 / 2011.


Jombang, 1 Oktober 2010
Kepala



Drs. H. Ah. Sutari, M.Pd.
NIP. 131 415 738




HALAMAN PERSEMBAHAN


Paper ini saya persembahkan kepada:
- Ayah dan Ibu yang selalu mendoakan agar tercapai cita-cita dan menjadi orang yang berguna
- Bapak Kepala MAN Tambak Beras Jombang yang selalu mendoakan dan mendukung kami agar mendapat ilmu yang bermanfaat
- Ibu Guru pembimbing yang telah membantu kami membuat paper
- Teman-teman yang selalu mendukung atas terlaksananya tugas paper














MOTTO


Kemauan dan kesabaran adalah modal utama untuk meraih kesuksesan
Dan
Kesalahan adalah pelajaran untuk
menjadi bijak















KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Agung dan Maha Suci karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya semata kami dapat menyelesaikan Paper yang berjudul “Sejarah Berdirinya Masji Agung Demak” ini.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan terang benerang yakni Agama Islam.
Sehubungan dengan KTSP kami dituntut untuk membuat karya ilmiyah yang berupa Paper sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) maka kami berusaha menyusun Paper tersebut dengan mengadakan wisata yang telah diadakan di Wali Songo.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna, baik dari materi maupun tekniknya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasannya jangkauan pemikiran penulis, namun berkat bimbingan dan saran dari pembimbing semua semua ini dapat terselesaikan, sehingga atas bimbingan dan bantuan, penulis dapat mengucapkan banyak terimakasih. Semoga segala bantuan yang yang telah diberikan pembimbing menjadi amal yang baik. Amin ya Robbal ‘alamin.

Jombang, 1 Oktober 2010
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
MOTTO v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
D. Metode Penelitian 2
BAB II : PEMBAHASAN 3
A. Sejarah didirikannya Masjid Agung Demak 3
B. Tokoh-tokoh yang ikut serta mendirikan Masjid Agung Demak 5
1.Raden Pattah 5
2.Patih Unus Pangeran Seberang Lor 5
3.Raden Trenggono 6
C. Arsitektur masjid 7
BAB III : PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran-saran 11
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masjid Agung Demak adalah Masjid besar yang ada di Demak Jawa Tengah dan masjid ini termasuk masjid tertua ditanah jawa. Masjid ini didirikan oleh Raden Pattah pada tahun 1477 M.
Pengunjung banyak dan berasal dari penjuru Indonesia. Masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para Wali penyebaran agama Islam yang lebih dikenal dengan sebutaan Wali Songo. Para Wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar.
Seiring dibangunnya Masjid Agung Demak itu, Raden Pattah selaku putra dari Prabu Brawijaya Kertabumi telah diangkut sebagai Adipati Demak Bintoro dan Raden Pattah dianugerahi gelar Adipati Natapraja.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah didirikannya Masjid Agung Demak
2. Tokoh-tokoh yang ikut serta mendirikan masjid agung demak
3. Arsitektur Masjid Agung Demak



C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sejarah Masjid Agung Demak
2. Mengenal Tokoh-tokoh yang ikut serta mendirikan masjid agung demak
3. Mengetahui Arsitektur Masjid Agung Demak

D. Metode Penelitian
Dalam penulisan paper ini penulis menggunakan metode antara lain:
1. Metode Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan jalan mengamati secara langsung dengan menggunakan catatan-catatan penambilan data gambar dengan fotografi dan semua aktivitas yang menyangkut “Sejarah didirikannya Masjid Agung Demak “.
2. Metode Literatur
Yaitu cara untuk mendapatkan data dengan cara baca buku yang masih ada kaitannya dengan Wali Songo.









BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah didirikannya Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah sebuah Masjid tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di desa Kauman Demak Jawa Tengah. Pendiri Masjid ini diperkirakan adalah Raden Pattah yaitu raja pertama dan Kesultanan Demak. Raden Pattah menjadi perintis kerajaan Islam di Jawa dan disebut sebagai putra Raja majapahit Brawijaya V dengan putri asal Campa (kamboja) yang telah masuk Islam. Masa kecilnya dihabiskan di Pesantren Ampel Denta yaitu Pesantren yang dikelola Sunan Ampel. Ibu Sunan Ampel (istri Maulana Malik Ibrohim ) juga putri penguasa Campa ketika Majapahit melemah dan terjadi pertikaian internal.
Masjid Agung Demak juga didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam waktu satu malam. Babat Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh Candra Sengkala “ Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang ada di Mihrab ini berdiri pada tahun 1479.
Masjid ini diberikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466, ketika itu Masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagah Wangi dibawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, Masjid ini dibangun kembali sebagai Masjid Kadipaten Glagah Wangi Demak, pada tahun 1478, ketika Raden Pattah diangakat sebagai Sultan I Demak, Masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga Trap. Raden Pattah bersama Wlai Songo memimpin proses pembangunan Masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para Wali Songo membagi tugasnya masing-masing secara umum. Para Wali Menggarap Soko Guru yang menjadi tiang utama penyangga Masjid.
Bangunan yang terbuat dari kayu jati berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (Saka Guru), yang dibuat oleh empat Wali diantara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu untuk melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (Saka Tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang bayangan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau Pangeran Seberang Lor), Sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520. Masjid Agung Demak memiliki nilai historis yang sangat penting perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa kesultananan Demak Bintoro, banyak masayarakat mempercayai Masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para Wali penyebar agama Islam yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo (Wali sembilan). Para Wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Para Wali tersebut memilki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para Wali juga menjadi penasehat Raja Demak. Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara Raja atau Para Wali dengan Rakyat. Hubungan yang erat tersebut tercipta melalui Pembina masyarakat yang diselenggarakan dimasjid maupun Pondok Pesantren, sehingga tercipta kebersamaan atau ukhuwah islamiyah (Persaudaraan diantara orang-orang islam). Oleh karenanya, masjid ini bias di anggap sebagai monumen hidup penyebaran islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

B. Tokoh-tokoh yang ikut serta mendirikan Masjid Agung Demak
1. Raden Pattah
Raden pattah adalah putra majapajit yang terakhir (di zaman sebelum islam) yang bernama Brawijaya. Ibu Raden Pattah konon seorang putri cina dari kraton majapahit. Waktu hamil putri itu dihadirkan kepada seorang anak emasnya yang menjadi gubernur di Palembang. Raden Pattah lahir yaitu sekitar tahun 1498 M. waktu kecil bernama Raden Hasan. Setelah sampai usia muda, lalu pergi ke jawa belajar pada Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan pada akhirnya menikah dengan Nyai Ageng Malaka (Putri Sunan Ampel).
2. Pati Unus atau Pangeran Seberang Lor
Patih Muhammad Yunus dalam catatan Portugis Patih Unus, Beliau adalah Putra Sulung Raden Pattah. Sewaktu ayahnya memerintah Dia telah diangkat menjadi Patih merangkap Putra Mahkota sekaligus sebagai Panglima Armada Demak, kelihatannya Patih Unus atau Pangeran Seberang Lor ini adalah orang yang bijaksana yang mempunyai cita-cita tinggi dan melanjutkan perjuangan ayahnya di daerah-daerah yang belum takluk ke Demak. Sepeninggalan ayahnya Patih Unus menduduki Tahta Kerajaan Demak dengan gelar “Sultan Sahlan Akbar II” dan segera melanjutkan kebijakan pemerintah.
Dalam kisahnya disebutkan bahwa Patih Unus Raja ke II mengganti Rden Pattah yang sangat Legendaris itu kemudian disebut Pangeran Seberang Lor. Nama itu berasal dari di DaerahTempat Tinggalnya “Seberang Lor”.
3. Raden Trenggono
Pangeran Seberang Lor meninggal dunia dengan tidak meninggalkan satu putrapun yang semestinya menggatikannya, hanya meninggalkan beberapa saudara dan yang tertua setelahnya adalah Pangeran Sukarsedo Lepen, sedangkan saudara yang muda adalah Pangeran Trenggono. Rupanya kedua-duanya berambisi hendak menjadi Raja pengganti Pangeran Seberang Lor, sehingga menimbulkan perebutan kekuasaan. Maka bertindaklah Putra tertua dari Pangeran Trenggono yaitu Raden Mukmin yang lebih dikenal dengan sebutan “Sunan Prawoto” Pangeran sukarsedo Lepen yang masih paman sendiri di bunuhnya dan mati di sungai. Dengam demikian tinggal ayahnya saja yang berhak menduduki Tahta Kerajaan itu. Baru saja Sultan Trenggono naik Tahta (Tahun 1521 M), pada tahun itu pula telah dating ke Demak seorang alim yang usianya masih muda sekitar 25 tahun. Dia baru saja pulang dari belajar di Mekkah, kemudian kembali ke jawa denagan tujuan hendak pulang ke negerinya. Tetapi di tengah jalan beliau mendengar berita yang sangat meyedihkan dan menimbulkan dendam yang sanagat mendalam. Bahwa bangsa portugis yang telah menaklukan malaka itu kini telah menguasai negeri pasai (Negeri orang alim tersebut), sehingga tidak ada jalan untuk kembali ke Pasai. Untuk itu beliau membulatkan tekat terus menuju ke Demak.
Dengan meninggalnya Sultan Trenggono pada tahun 1546 M, menyebabkan rasa dendam tersebut kekuasaan yang selama ini terpendam mulai muncul secara terbuka meninggalnya Pangeran Sukarsedo Lepen yang di bunuh oleh Sunan Prawoto (Putra Sulung Sultan Trenggono) ternyata meninggalkan diri dalam hati keturunan Pangeran Sedo Lepen, Putranya yang bernama Arya Penangsang merasa lebih berhak menduduki Tahta Kerajaan, sebab ia beranggapan bahwa yang berhak menduduki kursi Mahkota tersebut adalah Ayahnya, bukan Sultan Trenggono.dilain pihak situasi politik didalam kerajaan semakin memanas dengan munculnya surat pencalonan disana sini. Siapa yang berhak kursi Mahkota Kerajaan Demak selanjutya.

C. Arsitektur Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat Tiang utama yang disebut Saka Guru. Bangunan Serambi merupakan bangunan Terbuka. Atapnya berbentuk Limas yang di Topang delapan Tiang yang disebut Saka Majapahit. Fungsi Tiang-tiang ini adalah sebagai penyangga bangunan dari tanah sampai puncak masjid. Diantara Tiang-tiang tersebut ada satu yang unik yaitu “Tiang Tatal” (serutan-serutan kayu) karena dibuat dari serpihan kayu yang ditata dan dipadatkan, kemudian diikat sehingga membentuk tiang yang letaknya disebelah timur laut.
Didalam bangunan utama tedapat tiang utama, Mihrab dan Serambi. Ruang utama yang berfungsi sebagai tempat sholat berjamaah, letaknya di bagian tengah bangunan, sedangkan Mihrab atau bangunan pengimaman berada didepan ruang utama, berbentuk sebuah ruang kecildan mengarah kearah Kiblat (mekkah). Dibagian ruang utama terdapat Serambi berukuran 31 x 15 meter. Tiang Majapahit yang berjumlah delapan buah tiang itu diperkirakan berasal dari Kerajaan yang ada di jawa timur, bangunan Serambi iniadalah merupakan bangunan tambahan yang dibangun pada masa Adipati Unus (pati unus atau pangeran seberang lor).
Atap Masjid Demak bertingkat tiga (atap tumpang tiga), menggunakan Sirap (atap yang terbuat dari kayu) dan brpuncak Mustaka. Dinding Masjid terbuat dari Batu dan Kapur, pintu masuk masjid diberi lukisan bercorak klasik, seperti masjid-masjid lain. Masjid Demak pun di lengkapi denagan sebuah bedug, gentong, tempat berwudlu, kolam air, mimbar,dan kramik buatan cina. Penampilan Atap Limas Piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg” bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 saka atau 1466 M, atau 887 H.
Raden Pattah bersama Wali Songo mendirikan Masjid Maha Karya abadi Karismatik ini dengan member Prasasti bergambar Bulus. Ini merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti Sairo Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 saka. Gambar Bulus berdiri dari kepala yang berarti angka 1 (satu), kaki 4 berarti angaka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu), bisa disimpulkan Masjid Agung Demak brdiri pada tahun 1401.
Masjid ini memiliki srtruktur bangunan dengan nilai Hitoris yang tinggi, dengan seni bangunan arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, memesona, dan berwibawa. Atapnya bertingkat tiga susun, dan susunana tertinggi hanyalah milik Allah SWT.
Begitu tingginya nilai historis dan arkeologis Masjid Agung Demak, maka para ahli yang bergabung dalam International Comission For The Preservation Of Islamic Cultural Heritage yang meninjau masjid tersebut di tahun 1984 mengatakan bahwa Masjid Agung Demak merupakan salah satu diantara bangunan-bangunan islam penting di Asia Tenggara dan dunia Islam pada umunya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masjid Agung Demak adalah sebuah masjid tertua di Indonesia. Masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam waktu satu malam. Masjid ini berdiri pada tahun 1477 oleh Raden Pattah yaitu Raja pertama dan Kesultanan Demak.
Masjid Agung Demak memiliki nilai historis yang sangat penting perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa kesultananan Demak Bintoro. Masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para Wali penyebar agama Islam yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo (Wali sembilan). Para Wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat Tiang utama yang disebut Saka Guru. Bangunan Serambi merupakan bangunan Terbuka. Atapnya berbentuk Limas yang di Topang delapan Tiang yang disebut Saka Majapahit. Fungsi Tiang-tiang ini adalah sebagai penyangga bangunan dari tanah sampai puncak masjid. Diantara Tiang-tiang tersebut ada satu yang unik yaitu “Tiang Tatal” (serutan-serutan kayu) karena dibuat dari serpihan kayu yang ditata dan dipadatkan, kemudian diikat sehingga membentuk tiang yang letaknya disebelah timur laut.
Atap Masjid ini memiliki tiga susun, dan susunana tertinggi hanyalah milik Allah SWT.

B. Saran-saran
Demikian sejarah singkat didirikannya Masjid Agung Demak, untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh setiap muslim tidak saja dari segi nilai-nilai kesejarahannya, melainkan bagaimana generasi sekarang ini mewujudkan tanggung jawab menghidupkan terus perjuangan para Sultan Demak di sertai kebijaksanaan yang kondisional sehingga agama islam semakin hidup dalam diri setiap orang muslim.
Kami mengharap apabila ada penyusun karya ilmiyah lagi, mohon disempurnakan karena kami menyusun ini belum sempurna baik itu dari penempatan dan penggunaan kata-kata, maka dari itu kami dari penulis mohon maaf.